Fenomena Lunar Perigee atau 'Bulan Super' yang terjadi hari ini diakui pengamat berdampak pada situasi Bumi. Namun, Indonesia tidak perlu khawatir.
Menurut peneliti senior astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Profesor Dr. Thomas Djamaludin saat dihubungi INILAH.COM, istilah Bulan Super (Super Moon) hanya dikenal di dunia astrologi berdasarkan konfigurasi benda-benda langit sehingga tidak didasari analisis ilmiah. Namun, tetap saja fenomena itu berdampak pada Bumi.
“Ini akan meningkatkan efek pasang surut air laut di mana air laut akan lebih tinggi dari rata-rata. Terkait dengan gempa, kita harus berhati-hati menganalisisnya. Memang sempat ada dugaan hubungan antara dua kejadian itu tapi perlu kajian ilmiah lebih lanjut,” ujar Thomas Djamaluddin via telepon.
Efek pasang surut bulan menurutnya, akan melepas energi yang memicu gempa. Tapi tetap saja, sebab utama gempa adalah pergeseran lempeng. Terkait dampak signifikan fenomena Bulan Super, Thomas memperingatkan keberadaan cuaca buruk yang bisa menyebabkan banjir rob.
“Biasanya bila ada cuaca buruk, otoritas yang bertanggung jawab seperti BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) pasti akan selalu memberi peringatan. Tapi faktor utama cuaca buruk dan pasang surut yang memperburuk keadaan,” ujar Thomas lagi.
Untuk penampakan, bulan lebih besar 7% dari rata-rata namun sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika kita menggunakan teleskop, maka bisa melihat saat magrib pada 19 Maret dan titik puncak pada dini hari 20 Maret jam 2:10 WIB.
Sumber :http://teknologi.inilah.com
Menurut peneliti senior astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Profesor Dr. Thomas Djamaludin saat dihubungi INILAH.COM, istilah Bulan Super (Super Moon) hanya dikenal di dunia astrologi berdasarkan konfigurasi benda-benda langit sehingga tidak didasari analisis ilmiah. Namun, tetap saja fenomena itu berdampak pada Bumi.
“Ini akan meningkatkan efek pasang surut air laut di mana air laut akan lebih tinggi dari rata-rata. Terkait dengan gempa, kita harus berhati-hati menganalisisnya. Memang sempat ada dugaan hubungan antara dua kejadian itu tapi perlu kajian ilmiah lebih lanjut,” ujar Thomas Djamaluddin via telepon.
Efek pasang surut bulan menurutnya, akan melepas energi yang memicu gempa. Tapi tetap saja, sebab utama gempa adalah pergeseran lempeng. Terkait dampak signifikan fenomena Bulan Super, Thomas memperingatkan keberadaan cuaca buruk yang bisa menyebabkan banjir rob.
“Biasanya bila ada cuaca buruk, otoritas yang bertanggung jawab seperti BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) pasti akan selalu memberi peringatan. Tapi faktor utama cuaca buruk dan pasang surut yang memperburuk keadaan,” ujar Thomas lagi.
Untuk penampakan, bulan lebih besar 7% dari rata-rata namun sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Jika kita menggunakan teleskop, maka bisa melihat saat magrib pada 19 Maret dan titik puncak pada dini hari 20 Maret jam 2:10 WIB.
Sumber :http://teknologi.inilah.com
0 komentar:
Posting Komentar